Hidupku adalah penyesalanku. Ketika ku tahu aku bukan lagi kertas putih tanpa noda, akupun menangis di ujung jalan tanpa batas.
Sudah lama ingin ku ungkapkan perasaanku ini, tapi lidahku keluh, bibirku katup. Aku tak tak kuasa mengungkapkannya. Beberapa waktu aku sempat berpikir, inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan riwayat hidupku sebenarnya.
Gang Dolly, pastilah engkau lebih mendengar nama itu dibanding dengan aku. ya.. memang.. aku ini seorang pelacur!!! Aku harap engkau tidak terkejut karenanya. KIsahku ini di milai ketika aku beranjak dewasa. Ketika semua orang sibuk mencari kekeyangan masing-masing,ketika itulah aku harus berjuang melawan egala kemiskinan menghidupi adik-adiku dengan cara menjual diri. Terkutuk memang!! Itulah realita hidup!!
kisahku terjadi 43 tahun yang lalu. Waktu itu usiaku baru 17 tahun. sebut saja namaku Hermin, waktu itu aku berkenalan dengan seorang pemuda bernama Marjono. Walaupun keluarga kami tidak lama berkenalan dengan Marjono, namun tingkah lakunya cukup baik dan pandai menyesuaikan diri di kalangan keluarga; terutama Ibu. Oleh karenanya aku di relakannya ketika diajak bekerja di Surabaya.
Singkat cerita, aku sudah di Surabaya. Dunia ini memang fana, sefana kehidupanku di Surabaya. Tanpa banyak memerikan penjelasan, Marjono menjual diriku di sebuah wisma di Surabaya (Gang Dolly). Setelah aku tahu semua itu, aku hanya bisa menangis menyesali semua yang terjadi. Ingin sekali aku berontak, aku hanyalah wanita yang lemah, aku merasa tertekan lahir batin. Aku di paksa melayani nafsu bejat laki-laki dewasa, yang seharusnya menjadi pamanku. Setelah mengingat semuanya harapan keluargaku, permintaan itu tiada kubantah.
Berkali-kali aku melakukan perbuatan itu, sampai saat ini. Sudah 43 tahun aku menjalani dosaku tersebut.
Inilah kodrat hidup yang harusku jalani, sutu kepahitan hidup yang tetap harus ku ku lalui.
Sudah lama ingin ku ungkapkan perasaanku ini, tapi lidahku keluh, bibirku katup. Aku tak tak kuasa mengungkapkannya. Beberapa waktu aku sempat berpikir, inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan riwayat hidupku sebenarnya.
Gang Dolly, pastilah engkau lebih mendengar nama itu dibanding dengan aku. ya.. memang.. aku ini seorang pelacur!!! Aku harap engkau tidak terkejut karenanya. KIsahku ini di milai ketika aku beranjak dewasa. Ketika semua orang sibuk mencari kekeyangan masing-masing,ketika itulah aku harus berjuang melawan egala kemiskinan menghidupi adik-adiku dengan cara menjual diri. Terkutuk memang!! Itulah realita hidup!!
kisahku terjadi 43 tahun yang lalu. Waktu itu usiaku baru 17 tahun. sebut saja namaku Hermin, waktu itu aku berkenalan dengan seorang pemuda bernama Marjono. Walaupun keluarga kami tidak lama berkenalan dengan Marjono, namun tingkah lakunya cukup baik dan pandai menyesuaikan diri di kalangan keluarga; terutama Ibu. Oleh karenanya aku di relakannya ketika diajak bekerja di Surabaya.
Singkat cerita, aku sudah di Surabaya. Dunia ini memang fana, sefana kehidupanku di Surabaya. Tanpa banyak memerikan penjelasan, Marjono menjual diriku di sebuah wisma di Surabaya (Gang Dolly). Setelah aku tahu semua itu, aku hanya bisa menangis menyesali semua yang terjadi. Ingin sekali aku berontak, aku hanyalah wanita yang lemah, aku merasa tertekan lahir batin. Aku di paksa melayani nafsu bejat laki-laki dewasa, yang seharusnya menjadi pamanku. Setelah mengingat semuanya harapan keluargaku, permintaan itu tiada kubantah.
Berkali-kali aku melakukan perbuatan itu, sampai saat ini. Sudah 43 tahun aku menjalani dosaku tersebut.
Inilah kodrat hidup yang harusku jalani, sutu kepahitan hidup yang tetap harus ku ku lalui.