Sunyi, senyap, tak berbekas. Aku hanya bisa membayangkan harapan ku berlalu. Semua nya memudar sudah. Tinggallah kini, aku sendiri dalam kehampaan.
Aku memulai perjalanan ku, ketika tak ku ketemukan lagi cinta di sekeliling ku. Ketika semua orang mulai menyulam perisai cinta dengan benang kasih saying, aku masih saja tenggelam dalam keputusasa-an hingga tak berujung. Cinta!! Maaf!! Sama sekali aku tak pernah merasakan nya. Bagiku itu semua Cuma ada dalam negeri dongeng. Bahkan cinta tanpa batas yang seharusnya di curahkan dari lingkaran keluarga sama sekali aku tak pernah mendengarnya. Persetan apa itu cinta!!
Masih teringat jelas dalam ingatan ku, Waktu itu, aku bertanya kepada orang tua ku, kapankah mereka dapat mendengar keluh-kesah ku? Dengan jawaban sinis meraka menjawab "aku sibuk.!!" Setelah itu, aku masuk kamar dan menangis sejadi-jadinya. Bagiku keluargaku adalah neraka ku. Ayahku adalah iblisku, dan aku adalah arwan gentayangan yang sibuk mengais-ais cinta. Hingga akhirnya ku putuskan untuk meninggalkan lingkungan brengsek demi mandapatkan cinta.
Detik, berganti menit,menit berganti jam, jam berganti hari, bulan-bulan pun berlalu. satu tahun , tahun-tahun berlalu, dalam penantian panjangku, akhirnya ku menemukan segenggam cinta sejati menurut versiku. Cinta yang membuat jiwaku melayang mengisi kekosongan, Cinta yang dapat mendamaikan hatiku. Laksana aku melayang menuju singgasana, akupun tertidur dalam nyanyian indahnya. Atas nama cinta aku terbuai ke dalamnya
Sayang, hanya beberapa menit saja aku merasakannya aku harus kembali ke dunia fana. yang fana ini . Dengan pengorbanan air mata hingga darah skalipun aku berjuang mendapatkan cinta itu kembali. Cinta menurut versiku, telah mengambil harga diri ku, aku rela menjadi budak nya
Pernah suatu ketika kulihat jelas dengan mata kepala ku sendiri, saudara ku membunuh demi mendapatkan segenggam cinta. Terdengar d telingaku jerit-rintih korbannya, lebar-lukanya, deritanya. Aku tak sanggup mendengar suaranya.
Aku tersadar, apakah ini cinta bila untuk mendapatkannya aku harus mengorbakan nyawa? semanya hanya neraka yang bertopengkan cinta. Cinta sesaat telah membutakan mataku.
"Semua itu sudah terlambat," Saat aku tersadar, ku hnya bisa melihat tubuhku terlentang dengan mulut membusa.
Aku hanya bisa menatap semuanya penuh penyesalan.